1. Definisi Penyakit Jantung Koroner
(PJK)
Penyakit Jantung Koroner
(PJK) adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh adanya penyempitan dan
penyumbatan arteri koronaria yang mengalirkan darah ke otot jantung. Apabila
penyempitan ini menjadi parah, dapat menimbulkan serangan jantung. (Soeharto,
2004).
Pada jantung, gangguan
atau penyakit yang sering terjadi adalah penyakit jantung koroner, yaitu
terhalangnya aliran darah di pembuluh arteri koroner yang menyuplai oksigen dan
nutrisi untuk menggerakkan jantung. (Soeharto, 2001).
Gambar 1. Penyempitan arteri koronari pada PJK
Penyakit Jantung Koroner
(PJK) ialah penyakit jantung yang terutama disebabkan karena penyempitan arteri
koronaria akibat proses aterosklerosis atau spasme atau kombinasi keduanya.
(Majid, 2007).
Menurut CDC, penyakit
arteri koroner terjadi ketika zat yang disebut plak menumpuk di arteri yang
memasok darah ke jantung (disebut arteri koroner). Plak terdiri dari endapan
kolesterol, yang dapat terakumulasi dalam arteri. Ketika ini terjadi, arteri
dapat menyempit dari waktu ke waktu. Proses ini disebut aterosklerosis.
2. Riwayat Alamiah Penyakit Jantung
Koroner
Riwayat alamiah penyakit
(natural of disease) adalah deskripsi tentang perjalanan waktu dan perkembangan
penyakit pada individu, dimulai sejak terjadinya paparan dengan agen kausal
hingga terjadinya akibat penyakit, seperti kesembuhan atau kematian, tanpa
terinterupsi oleh suatu intervensi preventif maupun terapetik. (Bhisma Murti,
2010)
Fase prepatogenesis
dimulai setelah usia 12 tahun. Timbunan lemak dalam pembuluh darah dimulai.
Bila saat remaja, anak cenderung malas berolahraga, suka makan makanan
berlemak, bahkan merokok, berarti berada pada fase rentan. Jika kondisi ini
berlangsung terus, bahkan meningkat lebih parah ketika memasuki usia sukses (30
tahun ke atas), maka fase subklinis dimulai. Jika usia antara 30 -40 tahun
terjadi hipertensi berarti fase klinis dimulai. Jika hipertensi tidak dapat
dikendalikan, maka pada usia 45 tahun ke atas, kemungkinan terjadi penyumbatan
lemak pada pembuluh darah coroner. Terjadilah penyakit jantung koroner. (Sayono,
2010).
Riwayat alamiah penyakit
jantung coroner secara lengkap yakni : (Afni Husyaini, 2010)
1. Tahap
Pre-patogenesis
Pada tahap ini terjadi
proses etiologis, dimana faktor penyebab (agent) untuk pertama kalinya bertemu
dengan pejamu. Tetapi, faktor penyebab (agent) belum menimbulkan penyakit,
hanya saja terjadi interaksi dengan pejamu dan meletakkan dasar-dasar bagi
berkembangnya penyakit. Hal ini berarti merupakan faktor resiko.
Faktor Resiko untuk
penyakit jantung koroner adalah hal-hal dalam kehidupan yang dihubungkan
perkembangan penyakit secara dini, beberapa faktor resiko mempunyai pengaruh
sangat kuat dan yang lainnya. Beberapa factor resiko tersebut antara lain:
- Tingkat sosial ekonomi
Tingkat sosial ekonomi yang tinggi mempunyai resiko terkena penyakit
jantung koroner. Karena orang dengan sosial ekonomi tinggi mempunya
kecenderungan untuk terjadinya perubahan pola konsumsi makan dengan kadar
kolesterol tinggi.
- Kadar kolesterol yang tidak seimbang
Ketidakseimbangan antara kolesterol
HDL dan LDL dan LDL yang lebih tinggi akan engakibatkmanm penyakit jantung
koroner.
- Tekanan darah tinggi (hipertensi)
Tekanan darah tinggi secara terus menerus akan menimbulkan kerusakan
dinding pembuluh arteri koroner secara perlahan-lahan. Jika kerusakan itu diperparah
dengan endapan lemak/kolesterol akan menimbulkan
penyempitan pembuluh darah arteri koronari.
- Merokok
Peranan
rokok terhadap penyakit jantung koroner dapat timbul dalam beberapa cara,
diantaranya :
a) Karbonmonoksida (CO) yang terkandung
di dalam asap roko lebih kuat menarik atau menyerap oksigen dibandingkan sel
darah merah dengan hemoglobinnya, sehingga menurunkan kapasitas darah merah
tersebut untuk mambawa oksigen ke jaringan termasuk jantung.
b) Perokok memiliki kadar kolesterol
HDL yang lebih rendah, berarti pelindung terhadap peyakit jantung koroner
menurun.
c) Merokok dapat menyembunyikan angina,
yaitu sakit dada yang merupakan tanda terhadap adanya sakit jantung. Tanpa
adanya gejala itu, penderita tidak akan sadar penyakit berbahaya yang sedang
menyerangnya.
- Diabetes Melitus
Pengidap diabetes lama yang sudah
berkomplikasi ke arah koroner jantung.
- Kegemukan
- Riwayat keturunan penyakit jantung dalam keluarga
- Kurang olahraga
- Stress
Adanya dua atau lebih
faktor resiko akan berlipat kali menaikkan resiko total terhadap penyakit
jantung koroner.
2. Tahap
Patogenesis
1. Tahap
Inkubasi
Masa inkubasi PJK tidak
ditentukan waktunya secara pasti, inkubasi ini dipengaruhi oleh banyak factor
resiko yang memungkinkan terjadinya kardiovaskuler. Faktor resiko ini
menyebabkan penumpukan kolesterol pada pembuluh-pembuluh darah yang
mengakibatkan terbentuknya flak-flak yang mengakibatkan tersumbatnya pembuluh
darah.
Penumpukan kolesterol pada
pembuluh darah yang telah mencapai titik jenuh mengakibatkan ketidakseimbangan
kondisi tubuh dan memacu terbentuknya penyakit kardiovaskuler.
Pada tahap ini belum
terjadi gangguan fungsi organ dan belum menunjukkan gejala. Terjadi perubahan
anatomi dan histology. Pada penyakit jantung koroner terjadi aterosklerotik
pada pembuluh darah koroner yang mengakibatkan penyempitan pembuluh darah. Fase
ini sulit untuk didiagnosa secara klinis karena belu menimbulkan gejala yang
pasti.
2. Tahap
Penyakit Dini
Merupakan kondisi ketika
telah terjadi perubahan fungsi organ yang terkena dan menimbulkan gejala. Penyakit
jantung sering kali menyebabkan gejala yang pertama berupa nyeri atau sesak di
dada. Nyeri akibat suatu serangan jantung, biasanya terasa pada bagian tengah
dada. Biasanya bersifat berat dan dapat menyebar kearah mana saja, tetapi lebih
cenderung menyebar kearah dagu dan lengan. Nyeri berlangsung, penderita merasa sesak
dan sakit, tetapi nyerinya dapat bersifat ringan dan has untuk suatu serangan
jantung terutama pada orangtua. Nyeri jantung terjadi jika jantung kekurangan
darah. karena kebanyakan penyakit jantung terutama mengenai bilik kiri jantung,
maka paru-paru akan mengalami bendungan dan akan mengakibatkan rasa sesak.
Penderita jantung koroner yang mengalami sesak
nmafas engalami penyumbatan arteri koroner akan kekurangan aliran darah ke otot
jantung yang artinya otot-otot jantung tidak mendapat nutrisi dan oksigen
sehingga timbulah suatu keadaan yang dikenal sebagai iskemik (ischemia).
Dinding arteri koroner yang mengandung serabut-serabut otot polos, oleh suatu
sebab dapat berkerut (spasme) dengan akibat menyempitnya pembuluh darah secara
tiba-tiba, sehingga penderita merasakan nyeri dada, bahkan sampai terjadi
serangan jantung mendadak.
Manifestasi gejala yang
timbul dapat berupa angina pectoris (biasanya timbul karena adanya kekurangan
suplai oksigen ke otot jantung pada saat aktivitas ataupun dalam keadaan
istirahat) dengan sakit yang khas yaitu sesak nafas di tengah dada yang dapat
menyebar sampai leher dan rahang, pundak kiri atau kanan dan lengan bahkan
sampai terasa tembus ke punggung, kadang-kadang juga dirasakan seperti “sulit
bernafas”. Serangan gejala nyeri dada semakin hari semakin berlangsung lama.
Nyeri dada yang semakin hari semakin lama mencerminkan sumbatan koroner makin
menebal dan sumbatan koroner semakin menutup penampang pipa pembuluh yang
berarti pasokan oksigen buat otot jantung yang dilayani makin tipis.
Kondisi lainnya dikenal
dengan acute myocard infarct (AMI) yaitu rusaknya otot jantung akibat
penyumbatan arteri secara total yang disebabkan pecahnya plak lemak
atherosclerosis pada arteri koroner secara tiba-tiba dan akan menimbulkn gejala
sakit dada yang hebat, nafas pendek dan seringkali penderita akan kehilangan
kesadaran sesaat.
3. Tahap
Penyakit Lanjut
Keadaan dimana penyakit
jantung koroner sudah pernah terjadi dalam diri seseorang untuk berulang atau
menjadi lebih berat. Pada tahap ini penderita telah tidak dapat lagi melakukan
pekerjaan dan jika datang berobat, umumnya telah memerlukan perawatan.
Penyakit jantung koroner
timbul akibat timbunan lemak atau karang yang disebut atheroma, terjadi di
dalam dinding arteri pemasok darah beroksigen ke jantung dan menyempit hingga
aliran darah terganggu. Pada tahap ini pembuluh darah penderita sudah terbentuk
“karat lemak” (akibat dari lemak darah/kolesterol yang dibiarkan tinggi untuk
waktu yang lama) yang disebabkan tidak mengontrol lemak darah dengan obat dan
diet, diperkirakan hanya perlu waktu sepuluh tahun untuk menjadikan pipa pembuluh
koroner menjadi tersumbat total. Hal –hal tersebut yang kemudian dapat
menyebabkan terjadinya cardiac arrest yang bisa menyebabkan kematian mendadak.
4. Tahap
Akhir Penyakit
Sembuh
sempurna, dalam fase ini penderita sudah sembuh, ditandai dengan tidak
tersumbatnya pembuluh darah oleh flak.
Kronis,
dalam fase ini gejala penyakit tidak berubah dalam arti tidak bertambah berat
ataupun tidak bertambah ringan, pada dasarnya masih dalam keadaan sakit.
Meninggal,
dalam fase ini penderita sudah tidak dapat disembuhkan sehingga mengakibatkan
kematian.
3. Pencegahan
Penyakit Jantung Koroner
1. Pencegahan
Primordial
Pencegahan Primordial yaitu
pencegahan dari faktor-faktor yang memungkinkan terjadinya jantung koroner.
Seperti:
Mengurangi
naiknya tekanan darah dan mengurangi kadar lemak darah dalam tubuh
Mengendalikan
berat badan dan diet
Mengurangi
stress
Melakukan
olahraga dan relaksasi
Mengubah
kebiasaan makan
2. Pencegahan
Primer
Pencegahan primer merupakan
upaya awal pencegahan PJK sebelum seorang menderita. Dilakukan dengan
pendekatan komuniti berupa penyuluhan factor-faktor resiko PJK terutama pada
kelompok resiko tinggi. Pencegahan primer ditujukan kepada pencegahan terhadap
berkembangnya proses atherosclerosis secara dini. Dengan demikian, sasarannya
adalah kelompok usia muda. Dan setiap orang yang perlu merubah cara hidup untuk
menyelamatkan dirinya sendiri seperti:
·
Health Promotion (Promosi Kesehatan)
Pada tahap pencegahan ini,
dilakukan pada saat masih sehat. Tidak hanya untuk mengantisipasi penyakikit
aterosklerosis saja tetapi juga penyakit-penyakit yang lain.Karena upaya ini
bertujuan agar kondisi kesehatan tetep terjaga. Promosi kesehatan yang
dilakukan adalah memberi penyuluhan tentang pengetahuan kesehatan khususnya
penyakit jantung koroner, olahraga secara teratur, menyeimbangkan asupan gizi
dalam tubuh, melakukan pemeriksaan secara berkala, dan pegetahuan secara
genetis tentang riwayat penyakit.
·
Specific Protection (Perlindungan
Khusus)
Bagi yang beresiko tinggi
terhadap penyakit jantung diharapkan untuk bisa menghindari hal-hal yang bisa
meninggalakan kebiasaan-kebiasaan seperti merokok, tidak mengkonsumsi alcohol,
menjaga kadar kolesterol, tekanan darah dan diabetes di bawah kontol dengan
sering berkonsultasi dengan dokter.
3. Pencegahan
Sekunder
Pencegahan sekunder
ditujukan untuk menjelaskan tindakan-tindakan pencegahan yang dilakukan setelah
penyakit terjadi, misalnya setelah suatu serangan jantung.
Tahap-tahap untuk
memperbaiki diri penderita setelah serangan jantung, dimulai dengan pencagahan
sekunder yaitu jangan merokok, diet rendah lemak hewan, latihan fisik secara
teratur dan control tekanan darah tinggi. Dapat pula dilakukan usaha-usaha
untuk menghancurkan bekuan thrombus yang menyebabkan pembuluh nadi coroner
perlu dilakukan pengobatan sedini mungkin untuk mendapatkan keberhasilan yang
lebih baik. Pengobatan yang cepat dan sederhana untuk menghilangkan nyeri dan
ansietas dapat digunakan obat seperti morfin.
Industri makanan mempunyai
peran penting untuk mencegah penyakit jantung dengan mengurangi kandungan
lemak, gula dan garam dalam produk mereka. Adapun pemanfaatan lain yaitu
memberikan label pada semua kemasan makanan dengan analisis kandungan protein,
karbohidrat, lemak, garam dan kalorinya. Menyediakan lebih banyak fasilitas
olahraga dan guru olahraga serta jauh lebih banyak dorongan bagi orang-orang
dewasa untuk melanjutkan kegiatan fisik setelah mereka meninggalkan bangku
sekolah. Adapun tahapan untuk mendeteksi penyakit jantung pada tahap awal
dinamakan skrining.
Selain itu pencegahan
sekunder untuk penyakit jantung koroner juga dapat dilakukan dengan:
·
Early Diagnosis and Prompt treatment
(Diagnosis dan Pengobatan segera)
Sebelum terjadinya
komplikasi, aterosklerosis mungkin tidak akan terdiagnosis. Komplikasi yang
terjadi adalah, terdengarnya bruit (suara meniup) pada pemeriksaan
dengan stetoskop bisa merupakan petunjuk dari aterosklerosis. Denyut
nadi pada daerah yang terkena bisa berkurang.
Pada tahap ini menemukan
penderita dilakukan dengan melakukan survey pada kelompok beresiko dan
melakukan pelaporan. Dalam survey yang dilakukan dapat melakukan pemeriksaan
untuk memdiagnosis penderita. Pemeriksaan yang bisa dilakukan untuk mendiagnosis
aterosklerosis yaitu :
ABI
(ankle-brachial
index), dilakukan pengukuran tekanan darah di pergelangan kaki dan lengan.
Pemeriksaan
Doppler di daerah yang terkena.
Skening
ultrasonik Duplex.
CT
scan di daerah yang
terkena.
Arteriografi
resonansi magnetik di
daerah yang terkena.
IVUS
(intravascular
ultrasound).
Pengobatan bisa dilakukan
dengan memberikan obat-obatan untuk menurunkan kadar lemak dan kolesterol dalam
darah (contohnya colestyramine, kolestipol, asam nikotinat, gemfibrozil,
probukol, lovastatin). Aspirin, ticlopidine dan clopidogrel atau anti-koagulan
bisa diberikan untuk mengurangi resiko terbentuknya bekuan darah.
4. Pencegahan
Tersier
Pencegahan tersier, yaitu
pencegahan yang dilakukan dengan mencegah terjadinya komplikasi yang lebih berat
(kemungkinan menimbulkan penyakit) atau kematian. Yaitu dapat dilakukan dengan:
·
Disability Limitation (Pembatasan
Disabilitas)
Jika terdapat gejala yang
akut, sumbatan akut yang mengancam kemampuan otot dan jaringan kulit untuk
berkontraksi atau salah satu
organ sudah tidak dapat
berfungsi sempurna, mungkin dapat dilakukan pengobatan selanjutnya, seperti:
Pembedahan
Angioplasti balon dilakukan untuk meratakan plak dan meningkatkan aliran darah
yang melalui endapan lemak.
Enarterektomi
merupakan suatu untuk mengangkat endapan.
Pembedahan
bypass merupakan prosedur yang sangat invasif, dimana arteri atau vena yang
normal dari penderita digunakan untuk membuat jembatan guna menghindari arteri
yang tersumbat.
Thrombolytic.
Jika arteri tersumbat oleh adanya gumpalan darah, biasanya diberi obat untuk
melarutkan gumpalan ke dalam arteri sampai gumpalan itu kembali normal.
Penggunaan
Angiography. Dengan cara memasukkan catheter kecil ke dalam arteri dan di
celup, dan kemudian sumbatan tersebut di tolong dengan sinar X
·
Rehabilitation (Rehabilitasi)
Rehabilitasi pengobatan yang spesifik
ditentukan berdasarkan :
Usia,
kesehatan secara menyeluruh dan riwayat kesehatan.
Perluasan
dari penyakit tersebut
Daerah
yang mengalami sumbatan
Tanda-tanda
dan gejala-gejala yang dialami pasien
Riwayat
kesehatahan dan pengobatanan seseorang terkait dengan sensivitasnya terhadap
terapi&prosedur pengobatan yang pernah dialami
Arah
yang di harapkan untuk penyakit ini ke depannya.
Pendapat
atau pilihan.
Rehabilitasi yang
dilakukan adalah penerapan perilaku sehat dalam keseharian seperti menghindari
konsumsi alcohol dan rokok serta olahraga secara teratur, asupan gizi yang
sesuai, menghindari makanan-makanan yang tinggi kolesterol, pemeriksaan secara
berkala, dan psikoterapi untuk mengendalikan.
dari semua yang saya buka. cuma ini yang paling jelas detail dan lengkap. terimakasihh
BalasHapusterimakasih, semoga bermanfaat.....
HapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusArtikelnya bagus, terima kasih.
BalasHapusboleh minta referensinya kak ?
BalasHapus