Rabu, 06 April 2016

RIWAYAT ALAMIAH PENYAKIT JANTUNG KORONER


1. Definisi Penyakit Jantung Koroner (PJK)
Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah suatu kelainan yang disebabkan oleh adanya penyempitan dan penyumbatan arteri koronaria yang mengalirkan darah ke otot jantung. Apabila penyempitan ini menjadi parah, dapat menimbulkan serangan jantung. (Soeharto, 2004).
Pada jantung, gangguan atau penyakit yang sering terjadi adalah penyakit jantung koroner, yaitu terhalangnya aliran darah di pembuluh arteri koroner yang menyuplai oksigen dan nutrisi untuk menggerakkan jantung. (Soeharto, 2001).


Gambar 1. Penyempitan arteri koronari pada PJK

Penyakit Jantung Koroner (PJK) ialah penyakit jantung yang terutama disebabkan karena penyempitan arteri koronaria akibat proses aterosklerosis atau spasme atau kombinasi keduanya. (Majid, 2007).
Menurut CDC, penyakit arteri koroner terjadi ketika zat yang disebut plak menumpuk di arteri yang memasok darah ke jantung (disebut arteri koroner). Plak terdiri dari endapan kolesterol, yang dapat terakumulasi dalam arteri. Ketika ini terjadi, arteri dapat menyempit dari waktu ke waktu. Proses ini disebut aterosklerosis.

2. Riwayat Alamiah Penyakit Jantung Koroner
Riwayat alamiah penyakit (natural of disease) adalah deskripsi tentang perjalanan waktu dan perkembangan penyakit pada individu, dimulai sejak terjadinya paparan dengan agen kausal hingga terjadinya akibat penyakit, seperti kesembuhan atau kematian, tanpa terinterupsi oleh suatu intervensi preventif maupun terapetik. (Bhisma Murti, 2010)
Fase prepatogenesis dimulai setelah usia 12 tahun. Timbunan lemak dalam pembuluh darah dimulai. Bila saat remaja, anak cenderung malas berolahraga, suka makan makanan berlemak, bahkan merokok, berarti berada pada fase rentan. Jika kondisi ini berlangsung terus, bahkan meningkat lebih parah ketika memasuki usia sukses (30 tahun ke atas), maka fase subklinis dimulai. Jika usia antara 30 -40 tahun terjadi hipertensi berarti fase klinis dimulai. Jika hipertensi tidak dapat dikendalikan, maka pada usia 45 tahun ke atas, kemungkinan terjadi penyumbatan lemak pada pembuluh darah coroner. Terjadilah penyakit jantung koroner. (Sayono, 2010).
Riwayat alamiah penyakit jantung coroner secara lengkap yakni : (Afni Husyaini, 2010)

1.   Tahap Pre-patogenesis
Pada tahap ini terjadi proses etiologis, dimana faktor penyebab (agent) untuk pertama kalinya bertemu dengan pejamu. Tetapi, faktor penyebab (agent) belum menimbulkan penyakit, hanya saja terjadi interaksi dengan pejamu dan meletakkan dasar-dasar bagi berkembangnya penyakit. Hal ini berarti merupakan faktor resiko.
Faktor Resiko untuk penyakit jantung koroner adalah hal-hal dalam kehidupan yang dihubungkan perkembangan penyakit secara dini, beberapa faktor resiko mempunyai pengaruh sangat kuat dan yang lainnya. Beberapa factor resiko tersebut antara lain:
  •       Tingkat sosial ekonomi

Tingkat sosial ekonomi yang tinggi mempunyai resiko terkena penyakit jantung koroner. Karena orang dengan sosial ekonomi tinggi mempunya kecenderungan untuk terjadinya perubahan pola konsumsi makan dengan kadar kolesterol tinggi.

  •       Kadar kolesterol yang tidak seimbang

Ketidakseimbangan antara kolesterol HDL dan LDL dan LDL yang lebih tinggi akan engakibatkmanm penyakit jantung koroner.

  • Tekanan darah tinggi (hipertensi)

Tekanan darah tinggi secara terus menerus akan menimbulkan kerusakan dinding pembuluh arteri koroner secara perlahan-lahan. Jika kerusakan itu diperparah dengan endapan lemak/kolesterol  akan menimbulkan penyempitan pembuluh darah arteri koronari.

  • Merokok

Peranan rokok terhadap penyakit jantung koroner dapat timbul dalam beberapa cara, diantaranya :
a)  Karbonmonoksida (CO) yang terkandung di dalam asap roko lebih kuat menarik atau menyerap oksigen dibandingkan sel darah merah dengan hemoglobinnya, sehingga menurunkan kapasitas darah merah tersebut untuk mambawa oksigen ke jaringan termasuk jantung.
b)  Perokok memiliki kadar kolesterol HDL yang lebih rendah, berarti pelindung terhadap peyakit jantung koroner menurun.
c)  Merokok dapat menyembunyikan angina, yaitu sakit dada yang merupakan tanda terhadap adanya sakit jantung. Tanpa adanya gejala itu, penderita tidak akan sadar penyakit berbahaya yang sedang menyerangnya.

  • Diabetes Melitus

Pengidap diabetes lama yang sudah berkomplikasi ke arah koroner jantung.

  • *      Kegemukan
  • *      Riwayat keturunan penyakit jantung dalam keluarga
  • *      Kurang olahraga
  • *      Stress

Adanya dua atau lebih faktor resiko akan berlipat kali menaikkan resiko total terhadap penyakit jantung koroner.

2.    Tahap Patogenesis
1.    Tahap Inkubasi
Masa inkubasi PJK tidak ditentukan waktunya secara pasti, inkubasi ini dipengaruhi oleh banyak factor resiko yang memungkinkan terjadinya kardiovaskuler. Faktor resiko ini menyebabkan penumpukan kolesterol pada pembuluh-pembuluh darah yang mengakibatkan terbentuknya flak-flak yang mengakibatkan tersumbatnya pembuluh darah.
Penumpukan kolesterol pada pembuluh darah yang telah mencapai titik jenuh mengakibatkan ketidakseimbangan kondisi tubuh dan memacu terbentuknya penyakit kardiovaskuler.
Pada tahap ini belum terjadi gangguan fungsi organ dan belum menunjukkan gejala. Terjadi perubahan anatomi dan histology. Pada penyakit jantung koroner terjadi aterosklerotik pada pembuluh darah koroner yang mengakibatkan penyempitan pembuluh darah. Fase ini sulit untuk didiagnosa secara klinis karena belu menimbulkan gejala yang pasti.

2.    Tahap Penyakit Dini
Merupakan kondisi ketika telah terjadi perubahan fungsi organ yang terkena dan menimbulkan gejala. Penyakit jantung sering kali menyebabkan gejala yang pertama berupa nyeri atau sesak di dada. Nyeri akibat suatu serangan jantung, biasanya terasa pada bagian tengah dada. Biasanya bersifat berat dan dapat menyebar kearah mana saja, tetapi lebih cenderung menyebar kearah dagu dan lengan. Nyeri berlangsung, penderita merasa sesak dan sakit, tetapi nyerinya dapat bersifat ringan dan has untuk suatu serangan jantung terutama pada orangtua. Nyeri jantung terjadi jika jantung kekurangan darah. karena kebanyakan penyakit jantung terutama mengenai bilik kiri jantung, maka paru-paru akan mengalami bendungan dan akan mengakibatkan rasa sesak.
 Penderita jantung koroner yang mengalami sesak nmafas engalami penyumbatan arteri koroner akan kekurangan aliran darah ke otot jantung yang artinya otot-otot jantung tidak mendapat nutrisi dan oksigen sehingga timbulah suatu keadaan yang dikenal sebagai iskemik (ischemia). Dinding arteri koroner yang mengandung serabut-serabut otot polos, oleh suatu sebab dapat berkerut (spasme) dengan akibat menyempitnya pembuluh darah secara tiba-tiba, sehingga penderita merasakan nyeri dada, bahkan sampai terjadi serangan jantung mendadak.
Manifestasi gejala yang timbul dapat berupa angina pectoris (biasanya timbul karena adanya kekurangan suplai oksigen ke otot jantung pada saat aktivitas ataupun dalam keadaan istirahat) dengan sakit yang khas yaitu sesak nafas di tengah dada yang dapat menyebar sampai leher dan rahang, pundak kiri atau kanan dan lengan bahkan sampai terasa tembus ke punggung, kadang-kadang juga dirasakan seperti “sulit bernafas”. Serangan gejala nyeri dada semakin hari semakin berlangsung lama. Nyeri dada yang semakin hari semakin lama mencerminkan sumbatan koroner makin menebal dan sumbatan koroner semakin menutup penampang pipa pembuluh yang berarti pasokan oksigen buat otot jantung yang dilayani makin tipis.
Kondisi lainnya dikenal dengan acute myocard infarct (AMI) yaitu rusaknya otot jantung akibat penyumbatan arteri secara total yang disebabkan pecahnya plak lemak atherosclerosis pada arteri koroner secara tiba-tiba dan akan menimbulkn gejala sakit dada yang hebat, nafas pendek dan seringkali penderita akan kehilangan kesadaran sesaat.

3.    Tahap Penyakit Lanjut
Keadaan dimana penyakit jantung koroner sudah pernah terjadi dalam diri seseorang untuk berulang atau menjadi lebih berat. Pada tahap ini penderita telah tidak dapat lagi melakukan pekerjaan dan jika datang berobat, umumnya telah memerlukan perawatan.
Penyakit jantung koroner timbul akibat timbunan lemak atau karang yang disebut atheroma, terjadi di dalam dinding arteri pemasok darah beroksigen ke jantung dan menyempit hingga aliran darah terganggu. Pada tahap ini pembuluh darah penderita sudah terbentuk “karat lemak” (akibat dari lemak darah/kolesterol yang dibiarkan tinggi untuk waktu yang lama) yang disebabkan tidak mengontrol lemak darah dengan obat dan diet, diperkirakan hanya perlu waktu sepuluh tahun untuk menjadikan pipa pembuluh koroner menjadi tersumbat total. Hal –hal tersebut yang kemudian dapat menyebabkan terjadinya cardiac arrest yang bisa menyebabkan kematian mendadak.

4.    Tahap Akhir Penyakit
*      Sembuh sempurna, dalam fase ini penderita sudah sembuh, ditandai dengan tidak tersumbatnya pembuluh darah oleh flak.
*      Kronis, dalam fase ini gejala penyakit tidak berubah dalam arti tidak bertambah berat ataupun tidak bertambah ringan, pada dasarnya masih dalam keadaan sakit.
*      Meninggal, dalam fase ini penderita sudah tidak dapat disembuhkan sehingga mengakibatkan kematian.

3.   Pencegahan Penyakit Jantung Koroner
1.    Pencegahan Primordial
Pencegahan Primordial yaitu pencegahan dari faktor-faktor yang memungkinkan terjadinya jantung koroner. Seperti:
*      Mengurangi naiknya tekanan darah dan mengurangi kadar lemak darah dalam tubuh
*      Mengendalikan berat badan dan diet
*      Mengurangi stress
*      Melakukan olahraga dan relaksasi
*      Mengubah kebiasaan makan

2.    Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan upaya awal pencegahan PJK sebelum seorang menderita. Dilakukan dengan pendekatan komuniti berupa penyuluhan factor-faktor resiko PJK terutama pada kelompok resiko tinggi. Pencegahan primer ditujukan kepada pencegahan terhadap berkembangnya proses atherosclerosis secara dini. Dengan demikian, sasarannya adalah kelompok usia muda. Dan setiap orang yang perlu merubah cara hidup untuk menyelamatkan dirinya sendiri seperti:

·         Health Promotion (Promosi Kesehatan)
Pada tahap pencegahan ini, dilakukan pada saat masih sehat. Tidak hanya untuk mengantisipasi penyakikit aterosklerosis saja tetapi juga penyakit-penyakit yang lain.Karena upaya ini bertujuan agar kondisi kesehatan tetep terjaga. Promosi kesehatan yang dilakukan adalah memberi penyuluhan tentang pengetahuan kesehatan khususnya penyakit jantung koroner, olahraga secara teratur, menyeimbangkan asupan gizi dalam tubuh, melakukan pemeriksaan secara berkala, dan pegetahuan secara genetis tentang riwayat penyakit.

·         Specific Protection (Perlindungan Khusus)
Bagi yang beresiko tinggi terhadap penyakit jantung diharapkan untuk bisa menghindari hal-hal yang bisa meninggalakan kebiasaan-kebiasaan seperti merokok, tidak mengkonsumsi alcohol, menjaga kadar kolesterol, tekanan darah dan diabetes di bawah kontol dengan sering berkonsultasi dengan dokter.

3.    Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder ditujukan untuk menjelaskan tindakan-tindakan pencegahan yang dilakukan setelah penyakit terjadi, misalnya setelah suatu serangan jantung.
Tahap-tahap untuk memperbaiki diri penderita setelah serangan jantung, dimulai dengan pencagahan sekunder yaitu jangan merokok, diet rendah lemak hewan, latihan fisik secara teratur dan control tekanan darah tinggi. Dapat pula dilakukan usaha-usaha untuk menghancurkan bekuan thrombus yang menyebabkan pembuluh nadi coroner perlu dilakukan pengobatan sedini mungkin untuk mendapatkan keberhasilan yang lebih baik. Pengobatan yang cepat dan sederhana untuk menghilangkan nyeri dan ansietas dapat digunakan obat seperti morfin.
Industri makanan mempunyai peran penting untuk mencegah penyakit jantung dengan mengurangi kandungan lemak, gula dan garam dalam produk mereka. Adapun pemanfaatan lain yaitu memberikan label pada semua kemasan makanan dengan analisis kandungan protein, karbohidrat, lemak, garam dan kalorinya. Menyediakan lebih banyak fasilitas olahraga dan guru olahraga serta jauh lebih banyak dorongan bagi orang-orang dewasa untuk melanjutkan kegiatan fisik setelah mereka meninggalkan bangku sekolah. Adapun tahapan untuk mendeteksi penyakit jantung pada tahap awal dinamakan skrining.
Selain itu pencegahan sekunder untuk penyakit jantung koroner juga dapat dilakukan dengan:

·  Early Diagnosis and Prompt treatment (Diagnosis dan Pengobatan segera)
Sebelum terjadinya komplikasi, aterosklerosis mungkin tidak akan terdiagnosis. Komplikasi yang terjadi adalah, terdengarnya bruit (suara meniup) pada pemeriksaan dengan stetoskop bisa merupakan petunjuk dari aterosklerosis. Denyut nadi pada daerah yang terkena bisa berkurang.
Pada tahap ini menemukan penderita dilakukan dengan melakukan survey pada kelompok beresiko dan melakukan pelaporan. Dalam survey yang dilakukan dapat melakukan pemeriksaan untuk memdiagnosis penderita. Pemeriksaan yang bisa dilakukan untuk mendiagnosis aterosklerosis yaitu :
*      ABI (ankle-brachial index), dilakukan pengukuran tekanan darah di pergelangan kaki dan lengan.
*      Pemeriksaan Doppler di daerah yang terkena.
*      Skening ultrasonik Duplex.
*      CT scan di daerah yang terkena.
*      Arteriografi resonansi magnetik di daerah yang terkena.
*      IVUS (intravascular ultrasound).
Pengobatan bisa dilakukan dengan memberikan obat-obatan untuk menurunkan kadar lemak dan kolesterol dalam darah (contohnya colestyramine, kolestipol, asam nikotinat, gemfibrozil, probukol, lovastatin). Aspirin, ticlopidine dan clopidogrel atau anti-koagulan bisa diberikan untuk mengurangi resiko terbentuknya bekuan darah.

4.    Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier, yaitu pencegahan yang dilakukan dengan mencegah terjadinya komplikasi yang lebih berat (kemungkinan menimbulkan penyakit) atau kematian. Yaitu dapat dilakukan dengan:

·  Disability Limitation (Pembatasan Disabilitas)
Jika terdapat gejala yang akut, sumbatan akut yang mengancam kemampuan otot dan jaringan kulit untuk berkontraksi atau salah satu
organ sudah tidak dapat berfungsi sempurna, mungkin dapat dilakukan pengobatan selanjutnya, seperti:
*      Pembedahan Angioplasti balon dilakukan untuk meratakan plak dan meningkatkan aliran darah yang melalui endapan lemak.
*      Enarterektomi merupakan suatu untuk mengangkat endapan.
*      Pembedahan bypass merupakan prosedur yang sangat invasif, dimana arteri atau vena yang normal dari penderita digunakan untuk membuat jembatan guna menghindari arteri yang tersumbat.
*      Thrombolytic. Jika arteri tersumbat oleh adanya gumpalan darah, biasanya diberi obat untuk melarutkan gumpalan ke dalam arteri sampai gumpalan itu kembali normal.
*      Penggunaan Angiography. Dengan cara memasukkan catheter kecil ke dalam arteri dan di celup, dan kemudian sumbatan tersebut di tolong dengan sinar X

·  Rehabilitation (Rehabilitasi)
Rehabilitasi pengobatan yang spesifik ditentukan berdasarkan :
*      Usia, kesehatan secara menyeluruh dan riwayat kesehatan.
*      Perluasan dari penyakit tersebut
*      Daerah yang mengalami sumbatan
*      Tanda-tanda dan gejala-gejala yang dialami pasien
*      Riwayat kesehatahan dan pengobatanan seseorang terkait dengan sensivitasnya terhadap terapi&prosedur pengobatan yang pernah dialami
*      Arah yang di harapkan untuk penyakit ini ke depannya.
*      Pendapat atau pilihan.

Rehabilitasi yang dilakukan adalah penerapan perilaku sehat dalam keseharian seperti menghindari konsumsi alcohol dan rokok serta olahraga secara teratur, asupan gizi yang sesuai, menghindari makanan-makanan yang tinggi kolesterol, pemeriksaan secara berkala, dan psikoterapi untuk mengendalikan.

5 komentar:

  1. dari semua yang saya buka. cuma ini yang paling jelas detail dan lengkap. terimakasihh

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. boleh minta referensinya kak ?

    BalasHapus